Selasa, 06 Februari 2018

Bunga Mei Hwa melambangkan semangat baru Imlek

Bunga Mei Hwa melambangkan semangat baru Imlek

Pekerja memasang pernak-pernik hiasan pohon teratai untuk persiapan Hari Raya Imlek di Vihara Shukhavati, Lopang, Serang, Banten. 
Bungai Mei Hwa mampu berkembang disegala musim, atau bisa hidup di empat musim, yakni musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi."
 - Bunga Mei Hwa selalu muncul di lokasi-lokasi keramaian, tempat ibadah klenteng dan rumah-rumah warga Tionghoa ketika merayakan tahun baru Cina, Imlek.

Tidak hanya di tanah leluhurnya Tiongkok, namun di rumah warga Tionghoa di Kalbar, bunga Mei menjadi pajangan rumah, selain lampion dan pernak-pernik Imlek lainnya.

Walau bunga Mei Hwa yang ada di Indonesia pada umumnya terbuat dari plastik, namun keberadaannya menambah kemeriahan menyambut tahun baru.

Bunga yang menampakkan kemekaran warna merah muda itu asal muasalnya dari Tiongkok, dan memang selalu tumbuh berkembang menyambut musim semi, yang merupakan awal tahun baru China.

Pada musim semi hanya pohon Mei yang bisa memekarkan bunganya, yang sangat kontras dengan hamparan salju putih yang membeku. Karena itu bunga Mei Hwa melambangkan kegembiraan menyambut datangnya musim semi dan semangat baru bagi warga Tionghoa.

"Bungai Mei Hwa mampu berkembang disegala musim, atau bisa hidup di empat musim, yakni musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi," kata Sekretaris Majelis Adat Budaya Tionghoa Kalimantan Barat, Andreas Acui Simanjaya.

Mekarnya bunga Mei Hwa di alam sebagai pertanda datangnya musim semi. Sosok bunga sejenis Sakura ini memang indah, unik, dan khas, sehingga banyak warga Tionghoa yang memanfaatkan bunga itu untuk aksesoris Imlek guna memperindah rumahnya saat menyambut Imlek.

Kebiasaan itu, kemudian berkembang menjadi tradisi di masyarakat Tionghoa, yang menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba.

"Hadirnya bunga Mei Hwa bersama aksesoris Imlek lainnya seperti lampion (lampu warna merah) yang berbentuk bulat, serta ada juga yang berbentuk buah nenas warna merah, serta jeruk Mandarin memang berhasil menghidupkan nuansa Imlek sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman. dan indah," ujar Acui.

Meskipun, tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bunga Mei Hwa, tetapi menjadi aksesoris yang tidak pernah dilupakan untuk di pajang dalam setiap rumah warga Tionghoa dalam merayakan Imlek.

Bunga Mei Hwa saat ini sudah mendunia sebagai aksesoris Imlek tertutama setelah adanya industri yang menciptakan bunga Mei Hwa artifisialsial dari berbagai bahan terutama plastik, yang banyak diimpor dari China.

Sementara itu, Penulis Buku Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat, Lie Sau Fat alias XF Asali mengatakan, masyarakat Tiongkok setiap pergantian tahun penanggalan Imlek selalu merayakan festival musim semi atau Chun Ciek.

Selama musim dingin masyarakat Tiongkok zaman dahulu mengisi waktu dengan berkumpul di rumah sambil menghangatkan diri di dekat tungku perapian.

Begitu musim dingin berakhir dengan datangnya musim sem, memberikan harapan baru bagi para petani dan masyarakat Tiongkok menyambutnya dengan perayaan dengan bertamu ke tempat sanak-keluarga serta menghiasi rumah dengan warga dengan pernak-pernik warna merah, membunyikan mercon atau petasan yang menurut tradisi agar terhindar dari malapetaka.

Sebagian besar warga Tionghoa meyakini bahwa pohon Mei Hwa, yakni tumbuhan yang bisa mendatangkan harapan dan rezeki bagi setiap orang yang memajangnya pada saat perayaan Imlek.

Warga Tionghoa menyebut Mei Hwa sebagai bunga keberuntungan, Mei Hwa sendiri berarti "Mei" itu "Cantik", dan "Hwa" itu artinya "Bunga", yang bisa diartikan bunga yang cantik.

Gugurnya bunga-bunga dan dedaunan Mei Hwa menandakan musim semi di daratan China telah tiba, yang disambut dengan kegembiraan, semangat baru, harapan baru, kehidupan baru, serta keberuntungan yang baru, tidak terkecuali warga Tionghoa di Kalbar.

Kesederhanaan Imlek
Pengurus Yayasan Bhakti Suci Pontianak Buyung Bunardi berharap, agar warga Tionghoa di kota itu untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan kesederhanaan.

"Sederhana bukan berarti mengurangi makna dalam merayakan pergantian musim dingin ke musim semi seperti yang dilakukan oleh leluhur kami sejak ribuan tahun lalu di Tiongkok," katanya.

Ia mengajak, warga Tionghoa dan masyarakat lainnya di Kota Pontianak untuk memulai hidup baru dengan penuh kebahagiaan atau disebut Gong Chi Fat Chai.

Sementara itu, Alin salah seorang warga Tionghoa yang tinggal di Perumahan Nasional II, Kecamatan Pontianak Barat mengatakan, ia dan keluarganya hari ini melakukan tradisi "makan besar" atau makan dengan lauk-pauk khas dari daging ayam dan babi yang telah dicampur dengan arak dan daging ayam dan bai dimasak merah.

"Kami setiap tahun selalu `makan besar` bersama-sama keluarga untuk merayakan Imlek sebelum melaksanakan sembahyang di klenteng pada malam harinya," kata Alin.

Lie Sau Fat atau XF Asali, menyatakan tradisi menutup pintu dan jendela rapat-rapat menjelang pergantian Tahun Baru Imlek menurut cerita untuk menjaga keselamatan keluarga dari Nian Show (binatang) buas yang hendak memangsa siapa saja ketika dijumpai.

"Karena cerita itulah warga Tionghoa mempercayai agar menutup pintu rapat-rapat dan menggantungkan kain warna merah didinding rumah, serta menempeli bagian depan rumah dengan kertas merah yang bertuliskan kata-kata arif dan bijak. Kami percaya setelah itu dilakukan, binatang itu tidak berani datang," kata Asali.

Karena kepercayaan itulah, setiap rumah warga Tionghoa yang merayakan Pergantian Tahun Baru Imlek pada umumnya menutup pintu depan rumah mereka, katanya.

Menurut kepercayaan warga Tionghoa, selain itu, mereka juga membunyikan petasan atau mercon yang dipercaya bisa mengusir roh-roh jahat yang ingin mencelakakan mereka.


kok pada saat imlek di identik dengan lampion merah dan petasan


Kenapa Tahun Baru Imlek Identik Dengan Lampion Merah Dan Petasan ? Ini Sejarahnya.


tahun-baru-imlek








Imlek – Pedekik.com, Pada setiap tahun baru Imlek, masyarakat Tionghoa sering memasang lampion merah yang umumnya digantung di teras rumah, jalan-jalan, kelenteng dan tempat umum lainnya.
Uniknya, jarang sekali kita menemui lampion itu berwarna selain merah. Bahkan bukan hanya lentera yang umumnya terbuat dari kertas itu saja yang berwarna merah. Tapi benda-benda lainnya juga. Seperti makanan, pakaian, hiasan rumah dan sebagainya.
Selain itu, pada setiap Tahun Baru Imlek kita juga selalu menyaksikan orang Tionghoa membunyikan petasan. Bahkan mereka tidak sayang-sayang menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk membeli petasan tersebut. Terlebih di saat malam keramaian Cap Go meh.
Tahukah anda, ternyata dua icon perayaan hari raya Tionghoa tersebut memiliki sejarah yang sudah berumur ribuan tahun. Lebih dari 2000 tahun yang lalu. Atau lebih tepatnya sekitar tahun 180 Sebelum Masehi.
Dimana sejarah lampion Tahun Baru China ( kini Tiongkok ) tersebut di ambil dari sejarah naik tahtanya Kaisar Hanwudi pada era kekuasaan Dinasti Han Barat. Yakni pada hari ke lima belas bulan pertama dalam sistem penanggalan China ( kalender Imlek ).
Pada masa itu, setiap tanggal lima belas tahun Imlek, Kaisar Hanwudi selalu memperingati hari penobatannya sebagai Kaisar dengan mengadakan festival lampion bersama rakyatnya di luar istana.
Kemudian sekitar tahun 104 Sebelum Masehi, tanggal 15 tahun Imlek tersebut ditetapkan menjadi Hari Raya Nasional masyarakat Tionghoa. Atau lebih dikenal dengan perayaan Cap Go Meh. Cap artinya Sepuluh, Go berarti Lima dan Meh artinya Malam. Jadi maksudnya perayaan atau Hari Raya Malam ke 15
Adapun kenapa lampion dan benda-benda lainnya dari masyarakat Tionghoa ini berwarna merah, adalah berawal dari legenda China kuno yang mana pada masa itu hidup makhluk (monster) jahat yang dalam bahasa China bernama Nian , yang artinya Tahun.
Hewan mitos Nian ini sering muncul di setiap awal tahun baru imlek dengan tujuan untuk memakan hasil pertanian rakyat dan memangsa hewan ternak. Bahkan juga memangsa manusia terutama anak-anak.
Sehingga untuk menyelamatkan penduduk desa dari serangan makhluk Nian ini, warga menyediakan makanan di depan pintu untuk dijadikan santapan monster Nian, dengan maksud agar hewan tersebut tidak memangsa manusia lagi.
Namun suatu ketika ada salah seorang penduduk yang menyaksikan Nian ini menghindar dan lari ketakutan karena melihat seorang anak memakai pakaian berwarna merah. Dari situ mereka akhirnya tahu bahwa makhluk ini takut dengan warna merah.
Sejak kejadian tersebut setiap tahun baru imlek datang, masyarakat memasang gordin berwarna merah di pintu dan jendela rumah mereka. Tidak ketinggalan pula lampion-lampion festival Cap Go Meh juga dibuat menjadi warna merah.
Selain itu, mereka juga berusaha untuk menakut-nakuti atau mengusir makhluk monster Nian ini dengan cara membunyikan petasan-petasan.
Itulah sebabnya kenapa tahun baru imlek selalu identik dengan lampion-lampion merah dan petasan hingga hari ini. Karena warna merah dan bunyi petasan dianggap bisa menghilangkan bencana dan mampu mengusir makhluk serta roh-roh jahat.



15 makanan yang wajib di meja makan saat imlek






15 Makanan yang Harus Ada Di Meja Makan Saat Imlek







Makanan saat imlek
Imlek atau tahun baru China biasanya selalu identik dengan ucapan Gong Xi Fa Cai ataupun angpao bagi masyarakat Tionghoa. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa kita lupakan dari imlek, yakni makanan saat Imlek.
Tahun baru China selalu di rayakan secara meriah oleh masyarakat Tionghoa. Mereka selalu merayakan dengan cara berkumpul bersama dengan anggota keluarga. Semua anggota keluarga yang ada di wilayah yang jauh pun akan kumpul bersama.
Imlek selain identik dengan warna merah, yang berarti simbol keberuntungan atau keselamatan untuk menyongsong tahun baru. Terkadang saat Imlek pun akan cukup banyak makanan yang akan disajikan saat imlek. Makanan saat imlek pun sangat beragam dan biasanya setiap makan pagi, siang, dan malam pun akan disajikan makanan yang berbeda-beda.
Makanan Imlek pun sebenarnya memiliki sarat makna. Setiap makanan yang disajikan pun memang memiliki makna yang beragam dari setiap makanan yang disantap. Bahkan setiap makanan tersebut memiliki filosofis tersendiri bagi kehidupan masyarakat Tionghoa.

1. Yu Sheng






Yu Sheng
Yu sheng yaitu semacam salad dari kombinasi sayur serta buah yang di buat oleh koki dari Singapura pada tahun 1964. Yusheng atau yee sang adalah sajian Imlek berbentuk salad ikan fresh yang ditambah irisan sayuran segar seperti lobak serta wortel.
Ikan yang dipakai yaitu ikan tuna atau salmon yang di rendam kombinasi minyak goreng, minyak wijen, serta merica. Lalu saus yusheng terbuat dari kombinasi minyak wijen dengan saus buah prem, gula pasir serta kayu manis.
Menurut kebiasaan, saat diaduk dengan saus, ikan serta sayuran mesti diangkat tinggi-tinggi diatas piring. Makin tinggi yusheng terangkat, dipercayai peruntungan pada tahun yang baru juga makin baik. Yusheng diaduk berbarengan oleh orang yang duduk satu meja sembari sama-sama mengatakan selamat tahun baru Imlek. Kebiasaan mengaduk yusheng serta mengangkatnya tinggi-tinggi disebut dengan lo hei.
Tidak cuma dinikmati hidangan Yu Sheng mesti dikerjakan doa-doa kebaikan. Mengolah, mengaduk setingi-tingginya serta menyantap Yu Sheng berbarengan sebagai arti kebersamaan, rezeki berlimpah, berlipat dan keberuntungan. Sedang menu eight treasure soup terbagi dalam delapan bentuk bahan mendasar. Yakni teripang, jamur, tungku, ikan, udang.
Kebiasaan unik dari yu sheng yaitu langkah mengaduk yu sheng, yaitu masing-masing anggota keluarga mengangkat yu sheng tinggi-tinggi. Makin tinggi mengangkat sayur dikira makin baik, simbol harapan bakal terkabul.
Yu Sheng adalah makanan pertama yang dihidangkan di meja makan ketika Imlek. Beragam sayuran yang mempunyai banyak warna dipotong beberapa tidak tebal serta ditempatkan dengan rapi diatas piring besar. Tidak hanya sayuran, makanan yang lain yang jadi pendamping yaitu ikan fresh serta keripik. Yu Sheng juga mempunyai bumbu air lemon, garam serta merica, dan minyak kacang yang manis.
Sembari mencampurkan beragam bumbu serta beragam makanan pelengkap yang lain, ada kalimat-kalimat yang perlu disampaikan. Seperti “Semoga th. ini seluruh harapan terkabul”, “Diberi kemakmuran serta keselamatan”, serta “Banyak sumber kekayaan” dalam bahasa Tiongkok. Sesudah bumbu serta doa disampaikan, masing-masing anggota keluarga memegang satu sumpit, serta mengangkat tinggi-tinggi sayuran sampai tercampur sempurna.

2. Eight treasure soup (Sup delapan bentuk)






Eight Treasure Soup
Sup yang memakai delapan bentuk bahan mendasar yang terbagi dalam teripang, jamur tungku, ikan, udang, perut ikan, kerang kering, abalone, jamur hitam, kacang ginko, serta biji lotus. Menyantap sup ini adalah harapan dari usaha atau usaha berkembang cepat di th. yang baru.

3. Udang






Udang saat Imlek
Udang yaitu makanan simbol kemakmuran, tidak heran hidangan udang senantiasa ada di kebiasaan makan berbarengan Imlek, yang dimasak dengan bumbu khas masing-masing keluarga. Di China beberapa orang-orang berasumsi saat menghidangkan udang ketika Imlek itu artinya mudah-mudahan kebahagiaan senantiasa menemani di tahun selanjutnya.

4. Teripang






Teripang
Teripang yang umumnya dimasak dengan abalon adalah simbol harapan untuk kehidupan yang tambah baik. Uniknya harga teripang bakal melambung tinggi mendekati imlek, sampai meraih jutaan rupiah untuk kualitas teripang yang baik. Biasanya di-saute atau ditumis bersama sayuran, jamur dan daging serta diberi air sedikit.

5. Ikan bandeng






Bandeng saat Imlek
Ikan diakui sebagai lambang untuk mengawali tahun yang baru dengan adanya banyak keberuntungan serta untuk hindari beberapa hal yang jelek. Hal semacam ini datang dari kondisi geografis Tiongkok tengah jaman dahulu (pernah jadi pusat/ibukota dari dinasti-dinasti yang berkuasa ; yaitu Xian, Luoyang serta Chang’an) dimana populasi ikan cukup langka ; oleh karenanya harga nya mahal serta cuma dapat dibeli/disantap oleh beberapa orang kaya.
Ikan yang dihidangkan pada perayaan Imlek sebaiknya ikan yang utuh dari kepala sampai buntutnya. Umumnya yang dihidangkan yaitu ikan bandeng. Ikan bandeng menurut dia yaitu simbol usaha yang lancar, melaju penuh keberuntungan.

6. Ayam kodok






Ayam kodok
Hidangan satu ini yaitu masakan khas China Peranakan. Ayam dihidangkan secara utuh, dengan bentuk yang menyerui kodok gemuk, ayam kodok adalah lambang kebahagiaan serta keberuntungan.
Nah dalam acara makan berbarengan itu, ada satu menu yang umumnya senantiasa dihidangkan, yakni ayam kodok.
Untuk yang belum pernah menyantap hidangan ini di awal, pastinya akan terasa kebingungan serta bertanya-tanya, apakah menu itu terbuat dari ayam atau daging kodok? Nyatanya, menu yang satu ini yaitu sajian ayam tanpa kombinasi kodok sedikit juga. Nama ayam kodok di ambil lantaran saat udah masak, ayam hidangan itu mempunyai bentuk yang mirip kodok.
Ayam kodok adalah hidangan ayam, dimana prosesnya yaitu dengan mengambil daging serta tulang ayam, tanpa merobek kulitnya. Ayam yang diambil umumnya yaitu ayam yang udah berumur tua. Sebab, kulitnya lebih kuat serta tidak gampang sobek. Proses pengambilan daging serta tulang umumnya di ambil dari sisi punggung ayam. Ada teknik sendiri yang dikerjakan supaya saat proses pengambilan daging serta tulang tidak merobek kulit ayamnya.
Daging ayam yang udah di keluarkan itu lantas dipisahkan dari tulangnya. Kemudian, ayam dihaluskan serta digabung dengan bumbu-bumbu, seperti bawang putih, bawang merah pala serta merica. Aslinya, isian ayam kodok umumnya digabung dengan daging sapi, daging babi, maupun kentang rebus.Tetapi di Indonesia, terutama untuk umat Muslim, isian ayam kodok umumnya cuma digabung dengan daging sapi, kornet, telur rebus serta kentang rebus saja.
Biasanya ayam kodok ada isiannya, biasanya isian tersebut terdiri dari daging ayam, daging sapi. Isian tadi lantas dimasukkan kembali kedalam ayam secara hati-hati. Sesudah ayam terisi padat, lantas sisi punggung itu dijahit supaya isiannya tidak keluar. Proses berikutnya yaitu dengan mengukus ayam sepanjang lebih kurang 40 menit. Lantas paling akhir, panggang ayam kodok dengan olesan saus yang terbuat dari kecap manis, kecap asin serta minyak sayur. Panggang sampai warnanya kecokelatan. Sesudah masak sempurna, angkat ayam serta potong secara membujur.
Untuk saus, kamu dapat membuatnya dari air kaldu sisa dari proses pengukusan. Pertama-tama, tumis bawang putih serta bawang bombang sampai kecokelatan. Kemudian, tuangkan air kaldu itu serta berikan kecap asin, kecap manis, saus tiram, lada hitam, merica bubuk serta kaldu bubuk lantas aduk sampai rata. Paling akhir, tuang maizena yang udah dicampurkan serta aduk sampai mengental.
Ayam kodok umumnya ditemani oleh rebusan wortel, buncis serta kacang polong. Porsinya yang besar amat cocok dihidangkan dalam acara makan berbarengan dengan keluarga. Ayam kodok mempunyai cita rasa gurih serta beraroma rempah. Kulit di bagian luarnya merasa renyah, tetapi dagingnya amat empuk serta lezat. Ayam kodok makin nikmat ketika disantap berbarengan sepiring nasi hangat. Sebagai informasi, menyantap ayam kodok digambarkan sebagai lambang keberuntungan serta kebahagiaan lho.

7. Mie Saat Imlek






Mie Panjang Saat Imlek
Mie adalah simbol dari panjang usia. Penganan Mie terbuat adonan tidak tebal serta panjang yang sudah digulung, dikeringkan, serta dimasak di air mendidih. Beragam bentuk/macam dari mie bisa diketemukan di beberapa tempat lantaran kombinasi bahan, bentuk tepung sebagai bahan baku paling utama, dan tehnik pemrosesan yang tidak sama.
Siu Mie! Sie Mie ini mempunyai struktur yang kenyal serta rasa yang gurih serta mempunyai panjang yang tidak umum. Mie yang mempunyai panjang yang tidak umum ini mempunyai symbol panjang usia, rezeki yang melimpah, serta kebahagiaan.
Anda mesti menyantap Siu Mie ini tanpa putus atu sampai ujung mie, lantaran bakal perpanjang umur anda. Siu Mie ini umumnya digabung sengan sayuran seperti sawi, kol serta umumnya juga digabung dengan irisan bakso, daging ayam, sosis, cumi, serta udang.
Hadirnya menu mie pada tiap peristiwa Imlek diakui sebagai lambang usia panjang. Pada kebiasaan China dalam memasak serta menghidangkan mie dilarang untuk memotong lantaran dikira simbol memperpendek umur.
Mie panjang usia umumnya dihidangkan untuk santap malam mendekati perubahan tahun. Serta, saat sebelum makan mie panjang usia, disampaikan doa dan harapan untuk tahun baru yang tambah baik dari tahun di awal.
Langkah menyantapnya juga amat unik, yakni dikonsumsi secara utuh tanpa digigit, sebab bila terputus mempunyai arti yang tidak baik. Nah, di sinilah letak seninya, supaya tidak putus umumnya mie panjang usia dikonsumsi dengan memakai sumpit.

8. Kue keranjang






Kue Keranjang
Kue keranjang (Nian Gao) cuma di buat satu tahun sekali mendekati Imlek. Penganan yang terbuat dari tepung ketan serta gula merah ini mempunyai rasa manis dengan struktur lengket. Secara kebiasaan, kue keranjang yang juga kerap disebut dengan dodol cina ini dipakai untuk upacaya sembahyang leluhur. Disebut dengan Kue keranjang lantaran memperoleh nama dari bentuk wadah cetakannya yang berupa keranjang. Kue keranjang sendiri terbuat dari tepung ketan serta gula merah yang digabung air ; kemudian diaduk sampai kental lantas diciptakan serta dikukus.
Kue keranjang mempunyai bentuk bulat sebagai harapan keluarga bisa selalu menyatu, rukun serta bulat kemauan dalam hadapi tahun mendatang. Kue keranjang kerap disusun tinggi atau bertingkat. Semakin ke atas ukurannya semakin kecil. Hal semacam ini melambangkan penambahan rezeki atau kemakmuran.
Teksturnya yang lengket juga jadi lambang supaya keluarga jadi makin lengket (akrab). Umumnya sisi puncaknya di taruh kue mangkuk merah yang melambangkan rejeki yang makin mekar. Tidak hanya dihidangkan langsung, kue keranjang bisa dihidangkan lewat cara digoreng dengan tepung terigu serta telur. Bisa pula dikukus serta dikonsumsi hangat-hangat dengan kelapa parut. Kue Keranjang banyak di produksi di Tangerang, Bogor, serta Sukabumi.
Mempunyai arti supaya tiap hubungan jadi erat serta lengket. Pada acara makan berbarengan kue keranjang dihidangkan dengan santan, kelapa muda serta pacar cina. Lantas dikukus dengan bungkus daun pisang. Rasa legit merasa dengan harum daun pisang yang menyeruak.

9. Permen serta manisan






Permen saat Imlek
Umumnya saat imlek tiba, beragam jenis kudapan berbentuk permen serta manisan bakal dihidangkan pada suatu wadah bundar yang dibagi jadi delapan sisi. Beberapa macam manisan yang ada di wadah itu juga melukiskan beragam harapan serta hasrat yang akan dicapai pada tahun yang baru.
Manisan sisi delapan atau juga dikenal sebagai “tray of togetherness” atau “prosperity box” adalah sajian Imlek yang sarat arti. Kotak sisi delapan ini diisi manisan, buah yang dikeringkan, serta biji-bijian untuk makanan ringan. Tiap makanan didalam kotak ini mempunyai arti simbolis, umpamanya seperti jeruk kumkuat sebagai lambang kemakmuran, biji teratai yang melambangkan kesuburan, atau leci sebagai simbol ikatan keluarga yang kuat. Angka 8 sendiri melambangkan keberuntungan dalam kebiasaan China.

10. Jiao Zi






Jiao Zi
Jiao Zi yaitu hidangan dimsum khas China yang mempunyai kemiripan dengan siomay. Saat perayaan tahun baru China tiba, makanan ini umum disebut juga dengan sebagai yuanbao yang disebut nama dari mata uang China pada masa-masa lantas. Mengonsumsi hidangan ini disebut dengan bisa bikin seorang jadi lebih kaya serta makmur.
Makanan pangsit ini kerap diketemukan di meja makan ketika perayaan th. baru Imlek. Tidak seperti pangsit umum. Pangsit ini dibuat sesuai sama bentuk duit pada jaman dulu hingga kemunculannya ketika Tahun Baru Imlek memiliki arti pengharapan supaya senantiasa berhasil atau berlimpah bakal rejeki.

11. Kuaci






Kuaci
Kuaci tidak cuma jadi rekan ngemil sambil mengobrol berbarengan keluarga terkasih. Kuaci juga jadi lambang kesuburan atau segera mendapat keturunan. Tidak hanya kuaci, kerap dihidangkan juga kacang serta permen.
Fyi, ada beberapa makanan lain yang pantang dihidangkan ketika tahun baru imlek. Bubur yang melambangkan kemiskinan, bihun yang cepat hancur, serta bermacam makanan warna putih yang lain dilarang jadi sajian Imlek. Begitu halnya paria yang rasa-rasanya pahit. Meskipun terkadang simbolisasi ini kurang masuk logika kita, tetapi berikut yaitu bentuk harapan serta doa kita bakal tahun yang baik serta penuh rejeki. Mudah-mudahan tahun ini jadi tahun yang penuh rejeki serta kemakmuran kita seluruh juga bisa makin berlipat. Happy Chinese New Year!

12. Jeruk Mandarin






jeruk mandarin
JERUK dalam bahasa Mandarin disebut dengan ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya rejeki serta ‘zhe’ memiliki arti buah. Jadi bila dipadukan, jeruk mempunyai arti buah pembawa rejeki. Warnanya yang oranye cantik nyatanya juga mempunyai arti sendiri.
Konon disebut dengan jeruk mandarin lantaran pada zaman dulu buah ini cuma disiapkan untuk beberapa petinggi di Tiongkok kuno. Sekarang jeruk mandarin amat gampang didapati di pasaran. Ketika perayaan Imlek tiba, orang-orang Tionghoa bakal membagikan makanan kesanak keluarganya dengan maksud supaya rejekinya selalu jadi tambah. Satu diantara makanan yang diberikan yaitu jeruk mandarin ini.
Jeruk mandarin jadi satu diantara sajian Imlek yang harus ada. Sebisa-bisanya jeruknya masihlah mempunyai daun pada tangkainya. Jeruk mandarin yang berwarna kuning keemasan ini jadi simbol kemakmuran serta kekayaan yang senantiasa bertumbuh. Tidak hanya jeruk mandarin, buah lain yang sering ada dalam perayaan Tahun Baru Imlek yaitu pisang raja. Buah-buahan yang berduri seperti durian serta salak dijauhi ketika Imlek.
Seperti rejeki itu datang dari usaha serta usaha keras, mendapat suatu hal mesti disyukuri serta kembali berbuat kebajikan, supaya apabila pada waktunya tiba seluruh rejeki serta kebahagiaan tidak bakal pernah habis serta selalu mengalir.
Dengan berikan tidak bakal kekurangan. Buah jeruk mempunyai rasa yang bermacam ada yang asam serta ada yang manis, demikian pula kehidupan manusia dari suatu hal yang kita perbuat juga tidak selama-lamanya manis. Ada yang asam udah lumrah, melakukan hidup yang penuh dengan pahit getir, namun janganlah lupa masihlah ada masa lalu manis yang dapat dipetik serta didapat.
Cuma saja untuk mereka yang giat serta rajin, bakal menyatukan biji jeruk untuk kembali di tanam. serta hingga waktunya kelak bakal jadi pohon jeruk serta bakal berbuah amat banyak. Apabila satu buah jeruk membuahkan sangat banyak bibit jeruk, satu keranjang jeruk apabila ditanam bakal jadi kebun jeruk.

13. Lapis Legit






Lapis Legit
Sesuai sama namanya, kue khas Indonesia ini memanglah tidak pernah tidak hadir ada ketika perayaan Tahun Baru Imlek. Banyak toko kue udah jual lapis legit ketika mendekati Imlek. Lantaran rasa-rasanya hampa bila melalui Imlek tanpa lapis legit.
Lantaran terbagi dalam beberapa susunan, kue lapis legit jadi lambang rezeki yang berlapis-lapis di tahun mendatang hingga bisa rasakan hidup yang lebih manis atau legit. Kue ini rasa-rasanya memanglah amat legit lantaran seloyang lapis legit di buat dari 40 butir kuning telur, mentega, gula halus, susu, serta bumbu spekkoek.
Lapis legit juga termasuk satu diantara bentuk kue khas yang mahal harga nya. Itu karena prosesnya yang perlu saat panjang serta ketekunan. Belum lagi bahan bakunya yang memanglah populer elegan. Untuk satu kue lapis legit ukuran standard saja diperlukan kurang lebih 30 butir kuning telur.

14. Teh Telur






Teh Telur
Teh telur (tea leaf egg) mungkin saja terdengar aneh di telinga kita, tetapi teh telur yang bisa memberi stamina ini rasa-rasanya enak! Telur di rebus sampai setengah masak, lantas cangkangnya diretakkan hingga teh yang sudah digabung kecap asin juga merembes masuk kedalam telur. Tidak hanya kecap asin, teh juga digabung



15. Kue Mangkok






kue mangkok
Kue Mangkuk umumnya ditempatkan di puncak susunan kue keranjang yang melambangkan rejeki satu tahun kedepan bakal mekar serta berkembang seperti bentuk kue mangkuk yang mekar. Tidak cuma itu, kue mangkuk juga umumnya berwarna merah yang amat dentik dengan warna ketika perayaan Imlek.
Kue mangkuk yang dijajakan umumnya ada tiga ukuran, yakni yang amat besar tetapi jumlahnya cuma satu dalam satu bungkus, ada yang lima buah ukuran tengah dalam satu bungkus, serta lima buah dalam ukuran kecil dalam satu bungkus.
Penyajian makanan khas Imlek sendiri untuk orang-orang keturunan Tionghoa sejumlah ganjil, yakni 3, 5, 7, serta 9. Mereka yakin, makin besar jumlah yang dihidangkan makin besar juga barokah, kebahagiaan, serta kemakmurannya. Ini berlaku untuk seluruh makanan khas Imlek yang bakal dihidangkan untuk upacara sembahyang pada leluhur.
Isi 3 melambangkan dunia, akhirat, serta neraka. Untuk berikutnya 5, 7, serta 9 cuma bersumber pada kekuatan yang merayakan dengan maksud mewakili kemakmuran yang jadi tambah besar. Kwee memberikan, kue mangkuk diambil lantaran memiliki bentuk yang gampang melar, dimisalkan rejeki yang bakal jadi tambah melar juga.

Kok imlek di identik dengan warna merah???

Tahun baru Cina atau Perayaan Imlek adalah momen penting bagi warga Tionghoa karena sanak keluarga berkumpul dan saling melepas rindu satu sama lain di rumah.

Maka dari itu, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk bersih-bersih rumah dua minggu menjelang Hari Raya Imlek. Setelah selesai bersih-bersih, rumah lalu dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang didominasi oleh warna merah.
Lalu mengapa warga Tionghoa selalu memakai warna merah saat Imlek? Menurut salah satu warga yang bernama Ahok, saat ditemui tim Vemale sehabis sembahyang bersama istrinya di Vihara Dharma Bhakti Petak Sembilan Glodok Jakarta Barat pada Selasa 3 Februari 2015, ia menceritakan sejarah Imlek sehingga identik dengan warna merah.
"Zaman dahulu kala, ada kisah iblis yang bernama Nian yang artinya tahun. Nian akan menyerang desa-desa pada hari pertama di tahun bulan dan merusak panen, rumah, bahkan menculik penduduk desa," cerita Ahok.

Agar Nian tidak merusak desa tersebut, maka seorang yang bijak menyarankan penduduk desa untuk membuat gaduh dengan alat musik dan membakar petasan.
"Selain itu, setiap rumah wajib menggantung kertas merah. Anak-anak juga harus berpakaian serba merah," katanya.
Bagi warga Tionghoa, solusi untuk memecahkan masalah tersebut berhasil dan Nian sangat takut dengan suara gaduh serta warna merah. Sejak saat itulah, Nian tidak pernah datang mengacau lagi. Dan sejak saat itu, hari pertama untuk tahun bulan Cina diperingati sebagai Hari Raya Imlek.
"Itu dulu ya, tapi dengan berjalannya waktu, warna merah dianggap sebagai simbol hoki atau keberuntungan dan kebahagiaan bagi kita," terang Ahok.
Simbol keberuntungan tersebut terlihat dengan pemberian angpao pada anak-anak. Pemberian angpao diharapkan agar anak-anak bisa cepat dewasa dan mendapat keberuntungan yang melimpah.
Nah Ladies, jadi itulah alasannya mengapa warga Tionghoa menggunakan warna merah sebagai warna ciri khas mereka saat perayaan Imlek.


perayaan imlek di singkawang

Setiap tahunnya, kota Singkawang di Kalimantan Barat menyelenggarakan perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang meriah. Pada tahun ini, Dinas Pariwisata Singkawang menargetkan sebanyak 684 ribu turis akan mengunjungi kotanya untuk menikmati perayaan tersebut.

Perayaan Imlek akan digelar pada 16 Februari 2018, sedangkan Cap Go Meh pada 1 Maret 2018.

"Tahun 2017 kemarin mencapai 566.487 orang, tahun ini kita targetkan sebanyak 684.793 orang," kata Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Singkawang, Suryanto, seperti yang dilansir dari Antara.


Suryanto lanjut mengatakan, promosi di media sosial menjadi salah satu langkah mereka untuk menginformasikan kepada turis di Indonesia dan dunia bahwa Singkawang memiliki perayaan Tahun Baru China yang unik.

Singkawang sudah mengemas Imlek dan Cap Go Meh menjadi atraksi wisata sejak tahun 2009.

“Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata juga sudah menetapkan bahwa dua perayaan ini dalam kalender event nasional,” kata Suryanto.

Setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Suryanto mengatakan, tingkat okupansi hotel di Singkawang selalu penuh. Tak hanya oleh turis mancanegara, tapi juga oleh turis lokal yang pulang kampung ke Singkawang.

“Harapan saya, penyelenggaran Imlek dan Cap Go Meh pada tahun ini berjalan kondusif,” pungkas Suryanto.

Walau tidak sepopuler Pontianak—ibukota Kalbar yang berada berjarak empat jam perjalanan, namun saat ini Singkawang sudah mulai berkembang menjadi kota yang sibuk.

Kemeriahan Pawai Tatung saat Cap Go Meh di Singkawang

Jumlah penduduk di kota ini sekitar 246 ribuan, dengan mayoritas penduduk merupakan orang keturunan Tionghoa, Dayak dan Melayu, yang beragama Buddha, Khonghucu, Islam, Katolik, Protestan, Tao dan Hindu.

Mayoritas penduduk keturunan Tionghoa yang memeluk Buddha dan Khonghucu membuat banyaknya bangunan vihara atau kelenteng yang dibangun di Singkawang. Kota ini bahkan mendapat julukan 'Kota Seribu Kelenteng' dan 'Hong Kong-nya Indonesia'.

Berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa pun rutin diselenggarakan di sini, seperti Imlek, Cap Go Meh dan Ceng Beng.

Salah satu pawai yang diselenggarakan setiap Cap Go Meh, Pawai Tatung, disebut sebagai yang terbesar di dunia. Pawai tersebut merupakan perpaduan dari budaya Tionghoa dan Dayak.

Bagi turis yang gemar wisata foto, ada baiknya untuk memesan akomodasi di Singkawang dari sekarang sebelum gagal menyaksikan perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun ini.


Sejarah imlek ada hubungan dengan Barongsai loh....

Konon, tarian barongsai dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat. Monster, hantu, roh-roh jahat seperti Nian (monster) takut dengan suara keras.

Barongsai hadir sejak 1500 tahun silam. Pertunjukan seni ini bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang akan terjadi. Ada beberapa versi sejarah Barongsai. Nian atau monster adalah versi yang paling populer. Alkisah, pada masa Dinasti Qing, di sebuah wilayah di Tiongkok, ada monster yang mengganggu ketenteraman penduduk setempat. Kehadirannya sampai-sampai menimbulkan keresahan dan ketakutan.

Pada saat itu, muncul singa atau Barongsai yang menghalangi monster tersebut. Monster itu kalah dan lari tunggang-langgang. Singa itu pun pergi, meninggalkan penduduk yang sudah merasa aman.

Ternyata, monster itu merasa sakit hati, dan berniat untuk membalas dendam, tetapi masyarakat tidak tahu-menahu. Setelah tahu, masyarakat dilanda panik. Mereka bingung, di mana singa yang dapat mengalahkan monster itu.

Akhirnya, mereka menciptakan kostum Barongsai seperti yang sering kita saksikan saat ini. Monster ketakutan, sekali lagi dia lari ketakutan. Masyarakat berhasil menyingkirkan sang monster.

Hal tersebut mendasari kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. Kini, mengusir monster diibaratkan sebagai mengusir aura-aura buruk.

Suara pukulan simbal, gong, gendang biasanya mengiringi adegan hidup dan aktraktif tarian Barongsai. Masyarakat percaya, tarian singa adalah pertunjukan yang membawa keberuntungan.

Oleh sebab itu, tarian singa diadakan pada berbagai acara penting. Di antaranya, pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan yang pasti Tahun Baru Imlek.

Secara umum, ada dua jenis Barongsai, yaitu Singa Utara dan Singa Selatan. Singa Utara bersurai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara lebih terlihat alami dan lebih mirip singa. Sementara itu, Singa Selatan memiliki sisik serta jumlah kaki bervariasi, antara dua atau empat kaki. Kepala Singa Selatan juga dilengkapi tanduk.

Pelengkap tarian Barongsai adalah suara kembang api. Suara pukulan simbal, gong, dan gendang biasanya menyertai adegan semarak ini. Setiap gerakan singa, punya irama musik khusus. Musik mengikuti gerakan singa, suara drum mengikuti singa, sementara simbal dang gong mengikuti pemain gendang.

Dilansir dari laman Nations Online, sepanjang pertunjukan, singa meniru berbagai suasana hati serta menunjukkan gerakan fisik serupa suasana hati tersebut. Singa jadi terlihat hidup dengan gerakan tersebut.

Tarian Barongsai menggabungkan seni, sejarah, serta gerakan kungfu. Biasanya para pemain kungfu dan sekompok penari singa terdiri dari sekitar sepuluh orang.

Gerakan Singa Utara dan Singa Selatan tak sama. Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepala yang keras dan melonjak-lonjak seiring tabuhan gong dan tambur. Sementara, Singa Utara cenderung lebih lincah serta penuh dinamika.

Salah satu gerakan wajib Barongsai, yang merupakan klimaks dramatis Barongsai, adalah saat singa memakan angpao berisi uang. Di atas angpao biasanya disertai sayuran selada air sebagai perlambang hadiah bagi sang singa.





Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.
Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Tionghoa: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh 十五冥 元宵节 di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama).
Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".

Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam.
Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api.
Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi.
Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi "Tahun Tionghoa" dapat jadi tahun 4707, 4706, atau 4646.

Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas.
Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873).
Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan populasi suku Han yang signifikan,
Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara tersebut.

Asal Usul Sejarah Tahun Baru Imlek
 Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas.
Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou di China.
Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou (menurut Sima Qian).

Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM.
Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.
Tahun pertama Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu.
Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan Kongzili.

MITOS
Menurut legenda, dahulu kala, Nián () adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun.

DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen.
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu.

Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru.  
Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".

Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.

Tanggal Perayaan
 Kalender suryacandra Tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Imlek.
Kalender tersebut juga digunakan di negara-negara yang telah mengangkat atau telah dipengaruhi oleh budaya Han (terutama di Korea, Jepang, dan Vietnam) dan mungkin memiliki asal yang serupa dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur (seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar).

Dalam kalender Gregorian, Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahunnya, antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari.
Dalam kalender Tionghoa, titik balik mentari musim dingin harus terjadi di bulan 11, yang berarti Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada bulan baru kedua setelah titik balik mentari musim dingin (dan kadang yang ketiga jika pada tahun itu ada bulan kabisat).
 Di budaya tradisional di Cina, lichun adalah waktu solar yang menandai dimulainya musim semi, yang terjadi sekitar 4 Februari.

 Penanggalan Untuk Tahun Baru Imlek ari 1996 - 2019
 Tikus : 19 Februari 1996 & 7 Februari 2008
Sapi : 7 Februari 1997 & 26 Januari 2009
Macan : 28 Januari 1998 & 14 Februari 2010
Kelinci : 16 Februari 1999 & 3 Februari 2011
Naga : 5 Februari 2000 & 23 Januari 2012
Ular : 24 Januari 2001 & 10 Februari 2013
Kuda : 12 Februari 2002 & 31 Januari 2014
Kambing : 1 Februari 2003 & 19 Februari 2015
Monyet : 22 Januari 2004 & 8 Februari 2016
Ayam : 9 Februari 2005 & 28 Januari 2017
Anjing : 29 Januari 2006 & 16 Februari 2018
Babi : 18 Februari 2007 & 5 Februari 2019

 Tanggal untuk Tahun Baru Imlek dari 1996 sampai 2019 (dalam penanggalan Gregorian) dapat dilihat di tabel di atas, bersamaan dengan shio hewan untuk tahun itu dan cabang duniawinya.
Bersamaan dengan daur 12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang surgawi.
Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen perbintangan Cina, yaitu: Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air.

Unsur-unsur tersebut diputar setiap dua tahun sekali sementara perkaitan yin dan yang silih berganti setiap tahun.
Unsur-unsur tersbut dengan itu dibedakan menjadi: Kayu Yang, Kayu Yin, Api Yang, Api Yin, dan seterusnya.
Hal ini menghasilkan sebuah daur gabungan yang berulang setiap 60 tahun.
Sebagai contoh, tahun dari Tikus Api Yang terjadi pada 1936 dan pada tahun 1996.

Banyak orang mengacaukan tahun kelahiran Tionghoa dengan tahun kelahiran Gregorian mereka.
Karena Tahun Baru Imlek dapat dimulai pada akhir Januari sampai pertengahan Februari, tahun Tionghoa dari 1 Januari sampai hari imlek pada tahun baru Gregorian tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya.
Sebagai contoh, tahun ular 1989 mulai pada 6 Februari 1989.
Tahun 1990 dianggap oleh beberapa orang sebagai tahun kuda.
Namun, tahun ular 1989 secara resmi berakhir pada 26 Januari 1990.
Ini berarti bahwa barang siapa yang lahir dari 1 Januari ke 25 Januari 1990 sebenarnya lahir pada tahun ular alih-alih tahun kuda.