Pekerja memasang pernak-pernik hiasan
pohon teratai untuk persiapan Hari Raya Imlek di Vihara Shukhavati,
Lopang, Serang, Banten.
Bungai Mei Hwa mampu
berkembang disegala musim, atau bisa hidup di empat musim, yakni musim
panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi."
- Bunga Mei Hwa selalu muncul di
lokasi-lokasi keramaian, tempat ibadah klenteng dan rumah-rumah warga
Tionghoa ketika merayakan tahun baru Cina, Imlek.
Tidak hanya di tanah leluhurnya Tiongkok, namun di rumah warga
Tionghoa di Kalbar, bunga Mei menjadi pajangan rumah, selain lampion
dan pernak-pernik Imlek lainnya.
Walau bunga Mei Hwa yang ada di Indonesia pada umumnya terbuat dari
plastik, namun keberadaannya menambah kemeriahan menyambut tahun baru.
Bunga yang menampakkan kemekaran warna merah muda itu asal muasalnya
dari Tiongkok, dan memang selalu tumbuh berkembang menyambut musim
semi, yang merupakan awal tahun baru China.
Pada musim semi hanya pohon Mei yang bisa memekarkan bunganya, yang
sangat kontras dengan hamparan salju putih yang membeku. Karena itu
bunga Mei Hwa melambangkan kegembiraan menyambut datangnya musim semi
dan semangat baru bagi warga Tionghoa.
"Bungai Mei Hwa mampu berkembang disegala musim, atau bisa hidup di
empat musim, yakni musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim
semi," kata Sekretaris Majelis Adat Budaya Tionghoa Kalimantan Barat,
Andreas Acui Simanjaya.
Mekarnya bunga Mei Hwa di alam sebagai pertanda datangnya musim
semi. Sosok bunga sejenis Sakura ini memang indah, unik, dan khas,
sehingga banyak warga Tionghoa yang memanfaatkan bunga itu untuk
aksesoris Imlek guna memperindah rumahnya saat menyambut Imlek.
Kebiasaan itu, kemudian berkembang menjadi tradisi di masyarakat
Tionghoa, yang menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika
Imlek tiba.
"Hadirnya bunga Mei Hwa bersama aksesoris Imlek lainnya seperti
lampion (lampu warna merah) yang berbentuk bulat, serta ada juga yang
berbentuk buah nenas warna merah, serta jeruk Mandarin memang berhasil
menghidupkan nuansa Imlek sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman.
dan indah," ujar Acui.
Meskipun, tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bunga Mei Hwa,
tetapi menjadi aksesoris yang tidak pernah dilupakan untuk di pajang
dalam setiap rumah warga Tionghoa dalam merayakan Imlek.
Bunga Mei Hwa saat ini sudah mendunia sebagai aksesoris Imlek
tertutama setelah adanya industri yang menciptakan bunga Mei Hwa
artifisialsial dari berbagai bahan terutama plastik, yang banyak diimpor
dari China.
Sementara itu, Penulis Buku Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat,
Lie Sau Fat alias XF Asali mengatakan, masyarakat Tiongkok setiap
pergantian tahun penanggalan Imlek selalu merayakan festival musim semi
atau Chun Ciek.
Selama musim dingin masyarakat Tiongkok zaman
dahulu mengisi waktu dengan berkumpul di rumah sambil menghangatkan diri
di dekat tungku perapian.
Begitu musim dingin berakhir dengan datangnya musim sem, memberikan
harapan baru bagi para petani dan masyarakat Tiongkok menyambutnya
dengan perayaan dengan bertamu ke tempat sanak-keluarga serta menghiasi
rumah dengan warga dengan pernak-pernik warna merah, membunyikan mercon
atau petasan yang menurut tradisi agar terhindar dari malapetaka.
Sebagian besar warga Tionghoa meyakini bahwa pohon Mei Hwa, yakni
tumbuhan yang bisa mendatangkan harapan dan rezeki bagi setiap orang
yang memajangnya pada saat perayaan Imlek.
Warga Tionghoa menyebut Mei Hwa sebagai bunga keberuntungan, Mei Hwa
sendiri berarti "Mei" itu "Cantik", dan "Hwa" itu artinya "Bunga", yang
bisa diartikan bunga yang cantik.
Gugurnya bunga-bunga dan dedaunan Mei Hwa menandakan musim semi di
daratan China telah tiba, yang disambut dengan kegembiraan, semangat
baru, harapan baru, kehidupan baru, serta keberuntungan yang baru, tidak
terkecuali warga Tionghoa di Kalbar.
Kesederhanaan Imlek Pengurus
Yayasan Bhakti Suci Pontianak Buyung Bunardi berharap, agar warga
Tionghoa di kota itu untuk merayakan Tahun Baru Imlek dengan
kesederhanaan.
"Sederhana bukan berarti mengurangi makna dalam merayakan pergantian
musim dingin ke musim semi seperti yang dilakukan oleh leluhur kami
sejak ribuan tahun lalu di Tiongkok," katanya.
Ia mengajak, warga Tionghoa dan masyarakat lainnya di Kota Pontianak
untuk memulai hidup baru dengan penuh kebahagiaan atau disebut Gong Chi
Fat Chai.
Sementara itu, Alin salah seorang warga Tionghoa yang tinggal di
Perumahan Nasional II, Kecamatan Pontianak Barat mengatakan, ia dan
keluarganya hari ini melakukan tradisi "makan besar" atau makan dengan
lauk-pauk khas dari daging ayam dan babi yang telah dicampur dengan arak
dan daging ayam dan bai dimasak merah.
"Kami setiap tahun selalu `makan besar` bersama-sama keluarga untuk
merayakan Imlek sebelum melaksanakan sembahyang di klenteng pada malam
harinya," kata Alin.
Lie Sau Fat atau XF Asali, menyatakan tradisi menutup pintu dan
jendela rapat-rapat menjelang pergantian Tahun Baru Imlek menurut cerita
untuk menjaga keselamatan keluarga dari Nian Show (binatang) buas yang
hendak memangsa siapa saja ketika dijumpai.
"Karena cerita itulah warga Tionghoa mempercayai agar menutup pintu
rapat-rapat dan menggantungkan kain warna merah didinding rumah, serta
menempeli bagian depan rumah dengan kertas merah yang bertuliskan
kata-kata arif dan bijak. Kami percaya setelah itu dilakukan, binatang
itu tidak berani datang," kata Asali.
Karena kepercayaan itulah, setiap rumah warga Tionghoa yang
merayakan Pergantian Tahun Baru Imlek pada umumnya menutup pintu depan
rumah mereka, katanya.
Menurut kepercayaan warga Tionghoa, selain itu, mereka juga
membunyikan petasan atau mercon yang dipercaya bisa mengusir roh-roh
jahat yang ingin mencelakakan mereka.
Kenapa Tahun Baru Imlek Identik Dengan Lampion Merah Dan Petasan ? Ini Sejarahnya.
Imlek – Pedekik.com, Pada setiap tahun baru Imlek,
masyarakat Tionghoa sering memasang lampion merah yang umumnya digantung
di teras rumah, jalan-jalan, kelenteng dan tempat umum lainnya.
Uniknya, jarang sekali kita menemui lampion itu berwarna selain
merah. Bahkan bukan hanya lentera yang umumnya terbuat dari kertas itu
saja yang berwarna merah. Tapi benda-benda lainnya juga. Seperti
makanan, pakaian, hiasan rumah dan sebagainya.
Selain itu, pada setiap Tahun Baru Imlek kita juga
selalu menyaksikan orang Tionghoa membunyikan petasan. Bahkan mereka
tidak sayang-sayang menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk membeli
petasan tersebut. Terlebih di saat malam keramaian Cap Go meh.
Tahukah anda, ternyata dua icon perayaan hari raya Tionghoa tersebut
memiliki sejarah yang sudah berumur ribuan tahun. Lebih dari 2000 tahun
yang lalu. Atau lebih tepatnya sekitar tahun 180 Sebelum Masehi.
Dimana sejarah lampion Tahun Baru China ( kini Tiongkok ) tersebut di
ambil dari sejarah naik tahtanya Kaisar Hanwudi pada era kekuasaan
Dinasti Han Barat. Yakni pada hari ke lima belas bulan pertama dalam
sistem penanggalan China ( kalender Imlek ).
Pada masa itu, setiap tanggal lima belas tahun Imlek, Kaisar Hanwudi
selalu memperingati hari penobatannya sebagai Kaisar dengan mengadakan
festival lampion bersama rakyatnya di luar istana.
Kemudian sekitar tahun 104 Sebelum Masehi, tanggal 15 tahun Imlek
tersebut ditetapkan menjadi Hari Raya Nasional masyarakat Tionghoa. Atau
lebih dikenal dengan perayaan Cap Go Meh. Cap artinya Sepuluh, Go berarti Lima dan Meh artinya Malam. Jadi maksudnya perayaan atau Hari Raya Malam ke 15
Adapun
kenapa lampion dan benda-benda lainnya dari masyarakat Tionghoa ini
berwarna merah, adalah berawal dari legenda China kuno yang mana pada
masa itu hidup makhluk (monster) jahat yang dalam bahasa China bernama
Nian , yang artinya Tahun.
Hewan mitos Nian ini sering muncul di setiap awal tahun baru imlek
dengan tujuan untuk memakan hasil pertanian rakyat dan memangsa hewan
ternak. Bahkan juga memangsa manusia terutama anak-anak.
Sehingga untuk menyelamatkan penduduk desa dari serangan makhluk Nian
ini, warga menyediakan makanan di depan pintu untuk dijadikan santapan
monster Nian, dengan maksud agar hewan tersebut tidak memangsa manusia
lagi.
Namun suatu ketika ada salah seorang penduduk yang menyaksikan Nian
ini menghindar dan lari ketakutan karena melihat seorang anak memakai
pakaian berwarna merah. Dari situ mereka akhirnya tahu bahwa makhluk ini
takut dengan warna merah.
Sejak kejadian tersebut setiap tahun baru imlek datang, masyarakat
memasang gordin berwarna merah di pintu dan jendela rumah mereka. Tidak
ketinggalan pula lampion-lampion festival Cap Go Meh juga dibuat menjadi
warna merah.
Selain itu, mereka juga berusaha untuk menakut-nakuti atau mengusir
makhluk monster Nian ini dengan cara membunyikan petasan-petasan.
Itulah sebabnya kenapa tahun baru imlek selalu identik dengan lampion-lampion merah dan petasan
hingga hari ini. Karena warna merah dan bunyi petasan dianggap bisa
menghilangkan bencana dan mampu mengusir makhluk serta roh-roh jahat.
15 Makanan yang Harus Ada Di Meja Makan Saat Imlek
Imlek atau tahun baru China biasanya selalu identik dengan ucapan Gong Xi Fa Cai ataupun angpao bagi masyarakat Tionghoa. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa kita lupakan dari imlek, yakni makanan saat Imlek.
Tahun baru China
selalu di rayakan secara meriah oleh masyarakat Tionghoa. Mereka selalu
merayakan dengan cara berkumpul bersama dengan anggota keluarga. Semua
anggota keluarga yang ada di wilayah yang jauh pun akan kumpul bersama.
Imlek selain identik dengan warna merah, yang berarti simbol
keberuntungan atau keselamatan untuk menyongsong tahun baru. Terkadang
saat Imlek pun akan cukup banyak makanan yang akan disajikan saat imlek.
Makanan saat imlek pun sangat beragam dan biasanya setiap makan pagi,
siang, dan malam pun akan disajikan makanan yang berbeda-beda.
Makanan Imlek pun sebenarnya memiliki sarat makna. Setiap makanan
yang disajikan pun memang memiliki makna yang beragam dari setiap
makanan yang disantap. Bahkan setiap makanan tersebut memiliki filosofis
tersendiri bagi kehidupan masyarakat Tionghoa.
1. Yu Sheng
Yu sheng yaitu semacam salad dari kombinasi sayur serta buah yang di
buat oleh koki dari Singapura pada tahun 1964. Yusheng atau yee sang
adalah sajian Imlek berbentuk salad ikan fresh yang ditambah irisan
sayuran segar seperti lobak serta wortel.
Ikan yang dipakai yaitu ikan tuna atau salmon yang di rendam
kombinasi minyak goreng, minyak wijen, serta merica. Lalu saus yusheng
terbuat dari kombinasi minyak wijen dengan saus buah prem, gula pasir
serta kayu manis.
Menurut kebiasaan, saat diaduk dengan saus, ikan serta sayuran mesti
diangkat tinggi-tinggi diatas piring. Makin tinggi yusheng terangkat,
dipercayai peruntungan pada tahun yang baru juga makin baik. Yusheng
diaduk berbarengan oleh orang yang duduk satu meja sembari sama-sama
mengatakan selamat tahun baru Imlek. Kebiasaan mengaduk yusheng serta
mengangkatnya tinggi-tinggi disebut dengan lo hei.
Tidak cuma dinikmati hidangan Yu Sheng mesti dikerjakan doa-doa
kebaikan. Mengolah, mengaduk setingi-tingginya serta menyantap Yu Sheng
berbarengan sebagai arti kebersamaan, rezeki berlimpah, berlipat dan
keberuntungan. Sedang menu eight treasure soup terbagi dalam delapan
bentuk bahan mendasar. Yakni teripang, jamur, tungku, ikan, udang.
Kebiasaan unik dari yu sheng yaitu langkah mengaduk yu sheng, yaitu
masing-masing anggota keluarga mengangkat yu sheng tinggi-tinggi. Makin
tinggi mengangkat sayur dikira makin baik, simbol harapan bakal
terkabul.
Yu Sheng adalah makanan pertama yang dihidangkan di meja makan ketika
Imlek. Beragam sayuran yang mempunyai banyak warna dipotong beberapa
tidak tebal serta ditempatkan dengan rapi diatas piring besar. Tidak
hanya sayuran, makanan yang lain yang jadi pendamping yaitu ikan fresh
serta keripik. Yu Sheng juga mempunyai bumbu air lemon, garam serta
merica, dan minyak kacang yang manis.
Sembari mencampurkan beragam bumbu serta beragam makanan pelengkap
yang lain, ada kalimat-kalimat yang perlu disampaikan. Seperti “Semoga
th. ini seluruh harapan terkabul”, “Diberi kemakmuran serta
keselamatan”, serta “Banyak sumber kekayaan” dalam bahasa Tiongkok.
Sesudah bumbu serta doa disampaikan, masing-masing anggota keluarga
memegang satu sumpit, serta mengangkat tinggi-tinggi sayuran sampai
tercampur sempurna.
2. Eight treasure soup (Sup delapan bentuk)
Sup yang memakai delapan bentuk bahan mendasar yang terbagi dalam
teripang, jamur tungku, ikan, udang, perut ikan, kerang kering, abalone,
jamur hitam, kacang ginko, serta biji lotus. Menyantap sup ini adalah
harapan dari usaha atau usaha berkembang cepat di th. yang baru.
3. Udang
Udang yaitu makanan simbol kemakmuran, tidak heran hidangan udang
senantiasa ada di kebiasaan makan berbarengan Imlek, yang dimasak dengan
bumbu khas masing-masing keluarga. Di China beberapa orang-orang
berasumsi saat menghidangkan udang ketika Imlek itu artinya
mudah-mudahan kebahagiaan senantiasa menemani di tahun selanjutnya.
4. Teripang
Teripang yang umumnya dimasak dengan abalon adalah simbol harapan
untuk kehidupan yang tambah baik. Uniknya harga teripang bakal melambung
tinggi mendekati imlek, sampai meraih jutaan rupiah untuk kualitas
teripang yang baik. Biasanya di-saute atau ditumis bersama sayuran,
jamur dan daging serta diberi air sedikit.
5. Ikan bandeng
Ikan diakui sebagai lambang untuk mengawali tahun yang baru dengan
adanya banyak keberuntungan serta untuk hindari beberapa hal yang jelek.
Hal semacam ini datang dari kondisi geografis Tiongkok tengah jaman
dahulu (pernah jadi pusat/ibukota dari dinasti-dinasti yang berkuasa ;
yaitu Xian, Luoyang serta Chang’an) dimana populasi ikan cukup langka ;
oleh karenanya harga nya mahal serta cuma dapat dibeli/disantap oleh
beberapa orang kaya.
Ikan yang dihidangkan pada perayaan Imlek sebaiknya ikan yang utuh
dari kepala sampai buntutnya. Umumnya yang dihidangkan yaitu ikan
bandeng. Ikan bandeng menurut dia yaitu simbol usaha yang lancar, melaju
penuh keberuntungan.
6. Ayam kodok
Hidangan satu ini yaitu masakan khas China Peranakan. Ayam
dihidangkan secara utuh, dengan bentuk yang menyerui kodok gemuk, ayam
kodok adalah lambang kebahagiaan serta keberuntungan.
Nah dalam acara makan berbarengan itu, ada satu menu yang umumnya senantiasa dihidangkan, yakni ayam kodok.
Untuk yang belum pernah menyantap hidangan ini di awal, pastinya akan
terasa kebingungan serta bertanya-tanya, apakah menu itu terbuat dari
ayam atau daging kodok? Nyatanya, menu yang satu ini yaitu sajian ayam
tanpa kombinasi kodok sedikit juga. Nama ayam kodok di ambil lantaran
saat udah masak, ayam hidangan itu mempunyai bentuk yang mirip kodok.
Ayam kodok adalah hidangan ayam, dimana prosesnya yaitu dengan
mengambil daging serta tulang ayam, tanpa merobek kulitnya. Ayam yang
diambil umumnya yaitu ayam yang udah berumur tua. Sebab, kulitnya lebih
kuat serta tidak gampang sobek. Proses pengambilan daging serta tulang
umumnya di ambil dari sisi punggung ayam. Ada teknik sendiri yang
dikerjakan supaya saat proses pengambilan daging serta tulang tidak
merobek kulit ayamnya.
Daging ayam yang udah di keluarkan itu lantas dipisahkan dari
tulangnya. Kemudian, ayam dihaluskan serta digabung dengan bumbu-bumbu,
seperti bawang putih, bawang merah pala serta merica. Aslinya, isian
ayam kodok umumnya digabung dengan daging sapi, daging babi, maupun
kentang rebus.Tetapi di Indonesia, terutama untuk umat Muslim, isian
ayam kodok umumnya cuma digabung dengan daging sapi, kornet, telur rebus
serta kentang rebus saja.
Biasanya ayam kodok ada isiannya, biasanya isian tersebut terdiri
dari daging ayam, daging sapi. Isian tadi lantas dimasukkan kembali
kedalam ayam secara hati-hati. Sesudah ayam terisi padat, lantas sisi
punggung itu dijahit supaya isiannya tidak keluar. Proses berikutnya
yaitu dengan mengukus ayam sepanjang lebih kurang 40 menit. Lantas
paling akhir, panggang ayam kodok dengan olesan saus yang terbuat dari
kecap manis, kecap asin serta minyak sayur. Panggang sampai warnanya
kecokelatan. Sesudah masak sempurna, angkat ayam serta potong secara
membujur.
Untuk saus, kamu dapat membuatnya dari air kaldu sisa dari proses
pengukusan. Pertama-tama, tumis bawang putih serta bawang bombang sampai
kecokelatan. Kemudian, tuangkan air kaldu itu serta berikan kecap asin,
kecap manis, saus tiram, lada hitam, merica bubuk serta kaldu bubuk
lantas aduk sampai rata. Paling akhir, tuang maizena yang udah
dicampurkan serta aduk sampai mengental.
Ayam kodok umumnya ditemani oleh rebusan wortel, buncis serta kacang
polong. Porsinya yang besar amat cocok dihidangkan dalam acara makan
berbarengan dengan keluarga. Ayam kodok mempunyai cita rasa gurih serta
beraroma rempah. Kulit di bagian luarnya merasa renyah, tetapi dagingnya
amat empuk serta lezat. Ayam kodok makin nikmat ketika disantap
berbarengan sepiring nasi hangat. Sebagai informasi, menyantap ayam
kodok digambarkan sebagai lambang keberuntungan serta kebahagiaan lho.
7. Mie Saat Imlek
Mie adalah simbol dari panjang usia. Penganan Mie terbuat adonan
tidak tebal serta panjang yang sudah digulung, dikeringkan, serta
dimasak di air mendidih. Beragam bentuk/macam dari mie bisa diketemukan
di beberapa tempat lantaran kombinasi bahan, bentuk tepung sebagai bahan
baku paling utama, dan tehnik pemrosesan yang tidak sama.
Siu Mie! Sie Mie ini mempunyai struktur yang kenyal serta rasa yang
gurih serta mempunyai panjang yang tidak umum. Mie yang mempunyai
panjang yang tidak umum ini mempunyai symbol panjang usia, rezeki yang
melimpah, serta kebahagiaan.
Anda mesti menyantap Siu Mie ini tanpa putus atu sampai ujung mie,
lantaran bakal perpanjang umur anda. Siu Mie ini umumnya digabung sengan
sayuran seperti sawi, kol serta umumnya juga digabung dengan irisan
bakso, daging ayam, sosis, cumi, serta udang.
Hadirnya menu mie pada tiap peristiwa Imlek diakui sebagai lambang
usia panjang. Pada kebiasaan China dalam memasak serta menghidangkan mie
dilarang untuk memotong lantaran dikira simbol memperpendek umur.
Mie panjang usia umumnya dihidangkan untuk santap malam mendekati
perubahan tahun. Serta, saat sebelum makan mie panjang usia, disampaikan
doa dan harapan untuk tahun baru yang tambah baik dari tahun di awal.
Langkah menyantapnya juga amat unik, yakni dikonsumsi secara utuh
tanpa digigit, sebab bila terputus mempunyai arti yang tidak baik. Nah,
di sinilah letak seninya, supaya tidak putus umumnya mie panjang usia
dikonsumsi dengan memakai sumpit.
8. Kue keranjang
Kue keranjang (Nian Gao) cuma di buat satu tahun sekali mendekati
Imlek. Penganan yang terbuat dari tepung ketan serta gula merah ini
mempunyai rasa manis dengan struktur lengket. Secara kebiasaan, kue
keranjang yang juga kerap disebut dengan dodol cina ini dipakai untuk
upacaya sembahyang leluhur. Disebut dengan Kue keranjang lantaran
memperoleh nama dari bentuk wadah cetakannya yang berupa keranjang. Kue
keranjang sendiri terbuat dari tepung ketan serta gula merah yang
digabung air ; kemudian diaduk sampai kental lantas diciptakan serta
dikukus.
Kue keranjang mempunyai bentuk bulat sebagai harapan keluarga bisa
selalu menyatu, rukun serta bulat kemauan dalam hadapi tahun mendatang.
Kue keranjang kerap disusun tinggi atau bertingkat. Semakin ke atas
ukurannya semakin kecil. Hal semacam ini melambangkan penambahan rezeki
atau kemakmuran.
Teksturnya yang lengket juga jadi lambang supaya keluarga jadi makin
lengket (akrab). Umumnya sisi puncaknya di taruh kue mangkuk merah yang
melambangkan rejeki yang makin mekar. Tidak hanya dihidangkan langsung,
kue keranjang bisa dihidangkan lewat cara digoreng dengan tepung terigu
serta telur. Bisa pula dikukus serta dikonsumsi hangat-hangat dengan
kelapa parut. Kue Keranjang banyak di produksi di Tangerang, Bogor,
serta Sukabumi.
Mempunyai arti supaya tiap hubungan jadi erat serta lengket. Pada
acara makan berbarengan kue keranjang dihidangkan dengan santan, kelapa
muda serta pacar cina. Lantas dikukus dengan bungkus daun pisang. Rasa
legit merasa dengan harum daun pisang yang menyeruak.
9. Permen serta manisan
Umumnya saat imlek tiba, beragam jenis kudapan berbentuk permen serta
manisan bakal dihidangkan pada suatu wadah bundar yang dibagi jadi
delapan sisi. Beberapa macam manisan yang ada di wadah itu juga
melukiskan beragam harapan serta hasrat yang akan dicapai pada tahun
yang baru.
Manisan sisi delapan atau juga dikenal sebagai “tray of togetherness”
atau “prosperity box” adalah sajian Imlek yang sarat arti. Kotak sisi
delapan ini diisi manisan, buah yang dikeringkan, serta biji-bijian
untuk makanan ringan. Tiap makanan didalam kotak ini mempunyai arti
simbolis, umpamanya seperti jeruk kumkuat sebagai lambang kemakmuran,
biji teratai yang melambangkan kesuburan, atau leci sebagai simbol
ikatan keluarga yang kuat. Angka 8 sendiri melambangkan keberuntungan
dalam kebiasaan China.
10. Jiao Zi
Jiao Zi yaitu hidangan dimsum khas China yang mempunyai kemiripan
dengan siomay. Saat perayaan tahun baru China tiba, makanan ini umum
disebut juga dengan sebagai yuanbao yang disebut nama dari mata uang
China pada masa-masa lantas. Mengonsumsi hidangan ini disebut dengan
bisa bikin seorang jadi lebih kaya serta makmur.
Makanan pangsit ini kerap diketemukan di meja makan ketika perayaan
th. baru Imlek. Tidak seperti pangsit umum. Pangsit ini dibuat sesuai
sama bentuk duit pada jaman dulu hingga kemunculannya ketika Tahun Baru
Imlek memiliki arti pengharapan supaya senantiasa berhasil atau
berlimpah bakal rejeki.
11. Kuaci
Kuaci tidak cuma jadi rekan ngemil sambil mengobrol berbarengan
keluarga terkasih. Kuaci juga jadi lambang kesuburan atau segera
mendapat keturunan. Tidak hanya kuaci, kerap dihidangkan juga kacang
serta permen.
Fyi, ada beberapa makanan lain yang pantang dihidangkan ketika tahun
baru imlek. Bubur yang melambangkan kemiskinan, bihun yang cepat hancur,
serta bermacam makanan warna putih yang lain dilarang jadi sajian
Imlek. Begitu halnya paria yang rasa-rasanya pahit. Meskipun terkadang
simbolisasi ini kurang masuk logika kita, tetapi berikut yaitu bentuk
harapan serta doa kita bakal tahun yang baik serta penuh rejeki.
Mudah-mudahan tahun ini jadi tahun yang penuh rejeki serta kemakmuran
kita seluruh juga bisa makin berlipat. Happy Chinese New Year!
12. Jeruk Mandarin
JERUK dalam bahasa Mandarin disebut dengan ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya
rejeki serta ‘zhe’ memiliki arti buah. Jadi bila dipadukan, jeruk
mempunyai arti buah pembawa rejeki. Warnanya yang oranye cantik nyatanya
juga mempunyai arti sendiri.
Konon disebut dengan jeruk mandarin lantaran pada zaman dulu buah ini
cuma disiapkan untuk beberapa petinggi di Tiongkok kuno. Sekarang jeruk
mandarin amat gampang didapati di pasaran. Ketika perayaan Imlek tiba,
orang-orang Tionghoa bakal membagikan makanan kesanak keluarganya dengan
maksud supaya rejekinya selalu jadi tambah. Satu diantara makanan yang
diberikan yaitu jeruk mandarin ini.
Jeruk mandarin jadi satu diantara sajian Imlek yang harus ada.
Sebisa-bisanya jeruknya masihlah mempunyai daun pada tangkainya. Jeruk
mandarin yang berwarna kuning keemasan ini jadi simbol kemakmuran serta
kekayaan yang senantiasa bertumbuh. Tidak hanya jeruk mandarin, buah
lain yang sering ada dalam perayaan Tahun Baru Imlek yaitu pisang raja.
Buah-buahan yang berduri seperti durian serta salak dijauhi ketika
Imlek.
Seperti rejeki itu datang dari usaha serta usaha keras, mendapat
suatu hal mesti disyukuri serta kembali berbuat kebajikan, supaya
apabila pada waktunya tiba seluruh rejeki serta kebahagiaan tidak bakal
pernah habis serta selalu mengalir.
Dengan berikan tidak bakal kekurangan. Buah jeruk mempunyai rasa yang
bermacam ada yang asam serta ada yang manis, demikian pula kehidupan
manusia dari suatu hal yang kita perbuat juga tidak selama-lamanya
manis. Ada yang asam udah lumrah, melakukan hidup yang penuh dengan
pahit getir, namun janganlah lupa masihlah ada masa lalu manis yang
dapat dipetik serta didapat.
Cuma saja untuk mereka yang giat serta rajin, bakal menyatukan biji
jeruk untuk kembali di tanam. serta hingga waktunya kelak bakal jadi
pohon jeruk serta bakal berbuah amat banyak. Apabila satu buah jeruk
membuahkan sangat banyak bibit jeruk, satu keranjang jeruk apabila
ditanam bakal jadi kebun jeruk.
13. Lapis Legit
Sesuai sama namanya, kue khas Indonesia ini memanglah tidak pernah
tidak hadir ada ketika perayaan Tahun Baru Imlek. Banyak toko kue udah
jual lapis legit ketika mendekati Imlek. Lantaran rasa-rasanya hampa
bila melalui Imlek tanpa lapis legit.
Lantaran terbagi dalam beberapa susunan, kue lapis legit jadi lambang
rezeki yang berlapis-lapis di tahun mendatang hingga bisa rasakan hidup
yang lebih manis atau legit. Kue ini rasa-rasanya memanglah amat legit
lantaran seloyang lapis legit di buat dari 40 butir kuning telur,
mentega, gula halus, susu, serta bumbu spekkoek.
Lapis legit juga termasuk satu diantara bentuk kue khas yang mahal
harga nya. Itu karena prosesnya yang perlu saat panjang serta ketekunan.
Belum lagi bahan bakunya yang memanglah populer elegan. Untuk satu kue
lapis legit ukuran standard saja diperlukan kurang lebih 30 butir kuning
telur.
14. Teh Telur
Teh telur (tea leaf egg) mungkin saja terdengar aneh di telinga kita,
tetapi teh telur yang bisa memberi stamina ini rasa-rasanya enak! Telur
di rebus sampai setengah masak, lantas cangkangnya diretakkan hingga
teh yang sudah digabung kecap asin juga merembes masuk kedalam telur.
Tidak hanya kecap asin, teh juga digabung
15. Kue Mangkok
Kue Mangkuk umumnya ditempatkan di puncak susunan kue keranjang yang
melambangkan rejeki satu tahun kedepan bakal mekar serta berkembang
seperti bentuk kue mangkuk yang mekar. Tidak cuma itu, kue mangkuk juga
umumnya berwarna merah yang amat dentik dengan warna ketika perayaan
Imlek.
Kue mangkuk yang dijajakan umumnya ada tiga ukuran, yakni yang amat
besar tetapi jumlahnya cuma satu dalam satu bungkus, ada yang lima buah
ukuran tengah dalam satu bungkus, serta lima buah dalam ukuran kecil
dalam satu bungkus.
Penyajian makanan khas Imlek sendiri untuk orang-orang keturunan
Tionghoa sejumlah ganjil, yakni 3, 5, 7, serta 9. Mereka yakin, makin
besar jumlah yang dihidangkan makin besar juga barokah, kebahagiaan,
serta kemakmurannya. Ini berlaku untuk seluruh makanan khas Imlek yang
bakal dihidangkan untuk upacara sembahyang pada leluhur.
Isi 3 melambangkan dunia, akhirat, serta neraka. Untuk berikutnya 5,
7, serta 9 cuma bersumber pada kekuatan yang merayakan dengan maksud
mewakili kemakmuran yang jadi tambah besar. Kwee memberikan, kue mangkuk
diambil lantaran memiliki bentuk yang gampang melar, dimisalkan rejeki
yang bakal jadi tambah melar juga.
Tahun baru Cina atau Perayaan Imlek adalah momen penting bagi warga
Tionghoa karena sanak keluarga berkumpul dan saling melepas rindu satu
sama lain di rumah.
Maka dari itu, sudah menjadi kebiasaan mereka
untuk bersih-bersih rumah dua minggu menjelang Hari Raya Imlek. Setelah
selesai bersih-bersih, rumah lalu dihiasi dengan berbagai pernak pernik
yang didominasi oleh warna merah.
Lalu mengapa warga Tionghoa
selalu memakai warna merah saat Imlek? Menurut salah satu warga yang
bernama Ahok, saat ditemui tim Vemale sehabis sembahyang bersama
istrinya di Vihara Dharma Bhakti Petak Sembilan Glodok Jakarta Barat
pada Selasa 3 Februari 2015, ia menceritakan sejarah Imlek sehingga
identik dengan warna merah.
"Zaman dahulu kala, ada kisah iblis
yang bernama Nian yang artinya tahun. Nian akan menyerang desa-desa pada
hari pertama di tahun bulan dan merusak panen, rumah, bahkan menculik
penduduk desa," cerita Ahok.
Agar Nian tidak merusak desa tersebut, maka seorang yang bijak
menyarankan penduduk desa untuk membuat gaduh dengan alat musik dan
membakar petasan.
"Selain itu, setiap rumah wajib menggantung kertas merah. Anak-anak juga harus berpakaian serba merah," katanya.
Bagi
warga Tionghoa, solusi untuk memecahkan masalah tersebut berhasil dan
Nian sangat takut dengan suara gaduh serta warna merah. Sejak saat
itulah, Nian tidak pernah datang mengacau lagi. Dan sejak saat itu, hari
pertama untuk tahun bulan Cina diperingati sebagai Hari Raya Imlek.
"Itu
dulu ya, tapi dengan berjalannya waktu, warna merah dianggap sebagai
simbol hoki atau keberuntungan dan kebahagiaan bagi kita," terang Ahok.
Simbol
keberuntungan tersebut terlihat dengan pemberian angpao pada anak-anak.
Pemberian angpao diharapkan agar anak-anak bisa cepat dewasa dan
mendapat keberuntungan yang melimpah.
Nah Ladies, jadi itulah
alasannya mengapa warga Tionghoa menggunakan warna merah sebagai warna
ciri khas mereka saat perayaan Imlek.
Setiap tahunnya, kota Singkawang di
Kalimantan Barat menyelenggarakan perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang
meriah. Pada tahun ini, Dinas Pariwisata Singkawang menargetkan sebanyak
684 ribu turis akan mengunjungi kotanya untuk menikmati perayaan
tersebut.
Perayaan Imlek akan digelar pada 16 Februari 2018, sedangkan Cap Go Meh pada 1 Maret 2018.
"Tahun
2017 kemarin mencapai 566.487 orang, tahun ini kita targetkan sebanyak
684.793 orang," kata Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga
Singkawang, Suryanto, seperti yang dilansir dari Antara.
Suryanto
lanjut mengatakan, promosi di media sosial menjadi salah satu langkah
mereka untuk menginformasikan kepada turis di Indonesia dan dunia bahwa
Singkawang memiliki perayaan Tahun Baru China yang unik.
Singkawang sudah mengemas Imlek dan Cap Go Meh menjadi atraksi wisata sejak tahun 2009.
“Pemerintah
melalui Kementerian Pariwisata juga sudah menetapkan bahwa dua perayaan
ini dalam kalender event nasional,” kata Suryanto.
Setiap
perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Suryanto mengatakan, tingkat okupansi
hotel di Singkawang selalu penuh. Tak hanya oleh turis mancanegara, tapi
juga oleh turis lokal yang pulang kampung ke Singkawang.
“Harapan saya, penyelenggaran Imlek dan Cap Go Meh pada tahun ini berjalan kondusif,” pungkas Suryanto.
Walau
tidak sepopuler Pontianak—ibukota Kalbar yang berada berjarak empat jam
perjalanan, namun saat ini Singkawang sudah mulai berkembang menjadi
kota yang sibuk.
Kemeriahan Pawai Tatung saat Cap Go Meh di Singkawang
Jumlah
penduduk di kota ini sekitar 246 ribuan, dengan mayoritas penduduk
merupakan orang keturunan Tionghoa, Dayak dan Melayu, yang beragama
Buddha, Khonghucu, Islam, Katolik, Protestan, Tao dan Hindu.
Mayoritas
penduduk keturunan Tionghoa yang memeluk Buddha dan Khonghucu membuat
banyaknya bangunan vihara atau kelenteng yang dibangun di Singkawang.
Kota ini bahkan mendapat julukan 'Kota Seribu Kelenteng' dan 'Hong
Kong-nya Indonesia'.
Berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa pun rutin diselenggarakan di sini, seperti Imlek, Cap Go Meh dan Ceng Beng.
Salah
satu pawai yang diselenggarakan setiap Cap Go Meh, Pawai Tatung,
disebut sebagai yang terbesar di dunia. Pawai tersebut merupakan
perpaduan dari budaya Tionghoa dan Dayak.
Bagi turis yang gemar
wisata foto, ada baiknya untuk memesan akomodasi di Singkawang dari
sekarang sebelum gagal menyaksikan perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun
ini.
Konon, tarian barongsai dilakukan untuk
mengusir roh-roh jahat. Monster, hantu, roh-roh jahat seperti Nian
(monster) takut dengan suara keras.
Barongsai hadir sejak 1500 tahun silam.
Pertunjukan seni ini bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang akan
terjadi. Ada beberapa versi sejarah Barongsai. Nian atau monster adalah
versi yang paling populer. Alkisah, pada masa Dinasti Qing, di sebuah
wilayah di Tiongkok, ada monster yang mengganggu ketenteraman penduduk
setempat. Kehadirannya sampai-sampai menimbulkan keresahan dan
ketakutan.
Pada saat itu, muncul singa atau Barongsai yang
menghalangi monster tersebut. Monster itu kalah dan lari
tunggang-langgang. Singa itu pun pergi, meninggalkan penduduk yang sudah
merasa aman.
Ternyata, monster itu merasa sakit hati, dan
berniat untuk membalas dendam, tetapi masyarakat tidak tahu-menahu.
Setelah tahu, masyarakat dilanda panik. Mereka bingung, di mana singa
yang dapat mengalahkan monster itu.
Akhirnya, mereka menciptakan
kostum Barongsai seperti yang sering kita saksikan saat ini. Monster
ketakutan, sekali lagi dia lari ketakutan. Masyarakat berhasil
menyingkirkan sang monster.
Hal tersebut mendasari kenapa
Barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. Kini, mengusir monster
diibaratkan sebagai mengusir aura-aura buruk.
Suara pukulan
simbal, gong, gendang biasanya mengiringi adegan hidup dan aktraktif
tarian Barongsai. Masyarakat percaya, tarian singa adalah pertunjukan
yang membawa keberuntungan.
Oleh sebab itu, tarian singa diadakan
pada berbagai acara penting. Di antaranya, pembukaan restoran,
pendirian klenteng, dan yang pasti Tahun Baru Imlek.
Secara umum,
ada dua jenis Barongsai, yaitu Singa Utara dan Singa Selatan. Singa
Utara bersurai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara lebih
terlihat alami dan lebih mirip singa. Sementara itu, Singa Selatan
memiliki sisik serta jumlah kaki bervariasi, antara dua atau empat kaki.
Kepala Singa Selatan juga dilengkapi tanduk.
Pelengkap tarian
Barongsai adalah suara kembang api. Suara pukulan simbal, gong, dan
gendang biasanya menyertai adegan semarak ini. Setiap gerakan singa,
punya irama musik khusus. Musik mengikuti gerakan singa, suara drum
mengikuti singa, sementara simbal dang gong mengikuti pemain gendang.
Dilansir
dari laman Nations Online, sepanjang pertunjukan, singa meniru berbagai
suasana hati serta menunjukkan gerakan fisik serupa suasana hati
tersebut. Singa jadi terlihat hidup dengan gerakan tersebut.
Tarian
Barongsai menggabungkan seni, sejarah, serta gerakan kungfu. Biasanya
para pemain kungfu dan sekompok penari singa terdiri dari sekitar
sepuluh orang.
Gerakan Singa Utara dan Singa Selatan tak sama.
Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepala yang keras dan
melonjak-lonjak seiring tabuhan gong dan tambur. Sementara, Singa Utara
cenderung lebih lincah serta penuh dinamika.
Salah satu gerakan
wajib Barongsai, yang merupakan klimaks dramatis Barongsai, adalah saat
singa memakan angpao berisi uang. Di atas angpao biasanya disertai
sayuran selada air sebagai perlambang hadiah bagi sang singa.
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.
Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Tionghoa: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh
十五冥 元宵节 di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama).
Malam tahun
baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".
Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan
Tahun Baru Imlek sangat beragam.
Namun, kesemuanya banyak berbagi tema
umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta
penyulutan kembang api.
Meskipun penanggalan Imlek secara tradisional tidak menggunakan nomor
tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok seringkali dinomori
dari pemerintahan Huangdi.
Setidaknya sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh
berbagai ahli, sehingga pada tahun 2009 masehi "Tahun Tionghoa" dapat
jadi tahun 4707, 4706, atau 4646.
Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa, Tahun Baru Imlek
dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki
pengaruh pada perayaan tahun baru di tetangga geografis Tiongkok, serta
budaya yang dengannya orang Tionghoa berinteraksi meluas.
Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang (sebelum 1873).
Di Daratan Tiongkok, Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan negara-negara lain atau daerah dengan
populasi suku Han
yang signifikan,
Tahun Baru Imlek juga dirayakan, dan pada berbagai
derajat, telah menjadi bagian dari budaya tradisional dari negara-negara
tersebut.
Asal Usul Sejarah Tahun Baru Imlek
Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas.
Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti
Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou
di China.
Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa
sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah
bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou
(menurut Sima Qian).
Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM.
Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han
menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang.
Tahun pertama
Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran
Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai
penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan
sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1
bulan kesatu.
Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan
Kongzili.
MITOS
Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年)
adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam
hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk
memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa.
Untuk melindungi
diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada
awal tahun.
DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan
yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri
ternak dan hasil Panen.
Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian
lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan
pakaian berwarna merah.
Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan
warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk
akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan
pintu.
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun
Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa.
Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang
Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Tanggal Perayaan
Kalender suryacandra
Tionghoa menentukan tanggal Tahun Baru Imlek.
Kalender tersebut juga
digunakan di negara-negara yang telah mengangkat atau telah dipengaruhi
oleh budaya Han (terutama di Korea, Jepang, dan Vietnam) dan mungkin
memiliki asal yang serupa dengan perayaan Tahun Baru di luar Asia Timur
(seperti Iran, dan pada zaman dahulu kala, daratan Bulgar).
Dalam kalender Gregorian, Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang
berbeda setiap tahunnya, antara tanggal 21 Januari sampai 20 Februari.
Dalam kalender Tionghoa, titik balik mentari musim dingin harus terjadi
di bulan 11, yang berarti Tahun Baru Imlek biasanya jatuh pada bulan
baru kedua setelah titik balik mentari musim dingin (dan kadang yang
ketiga jika pada tahun itu ada bulan kabisat).
Di budaya tradisional di
Cina, lichun adalah waktu solar yang menandai dimulainya musim semi, yang terjadi sekitar 4 Februari.
Penanggalan Untuk Tahun Baru Imlek ari 1996 - 2019
Tikus : 19 Februari 1996 & 7 Februari 2008
Sapi : 7 Februari 1997 & 26 Januari 2009
Macan : 28 Januari 1998 & 14 Februari 2010
Kelinci : 16 Februari 1999 & 3 Februari 2011
Naga : 5 Februari 2000 & 23 Januari 2012
Ular : 24 Januari 2001 & 10 Februari 2013
Kuda : 12 Februari 2002 & 31 Januari 2014
Kambing : 1 Februari 2003 & 19 Februari 2015
Monyet : 22 Januari 2004 & 8 Februari 2016
Ayam : 9 Februari 2005 & 28 Januari 2017
Anjing : 29 Januari 2006 & 16 Februari 2018
Babi : 18 Februari 2007 & 5 Februari 2019
Tanggal untuk Tahun Baru Imlek dari 1996 sampai 2019 (dalam
penanggalan Gregorian) dapat dilihat di tabel di atas, bersamaan dengan
shio hewan untuk tahun itu dan cabang duniawinya.
Bersamaan dengan daur
12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang
surgawi.
Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen
perbintangan Cina, yaitu: Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air.
Unsur-unsur
tersebut diputar setiap dua tahun sekali sementara perkaitan yin dan
yang silih berganti setiap tahun.
Unsur-unsur tersbut dengan itu
dibedakan menjadi: Kayu Yang, Kayu Yin, Api Yang, Api Yin, dan
seterusnya.
Hal ini menghasilkan sebuah daur gabungan yang berulang
setiap 60 tahun.
Sebagai contoh, tahun dari Tikus Api Yang terjadi pada
1936 dan pada tahun 1996.
Banyak orang mengacaukan tahun kelahiran Tionghoa dengan tahun
kelahiran Gregorian mereka.
Karena Tahun Baru Imlek dapat dimulai pada
akhir Januari sampai pertengahan Februari, tahun Tionghoa dari 1 Januari
sampai hari imlek pada tahun baru Gregorian tetap tidak berubah dari
tahun sebelumnya.
Sebagai contoh, tahun ular 1989 mulai pada 6 Februari
1989.
Tahun 1990 dianggap oleh beberapa orang sebagai tahun kuda.
Namun,
tahun ular 1989 secara resmi berakhir pada 26 Januari 1990.
Ini berarti
bahwa barang siapa yang lahir dari 1 Januari ke 25 Januari 1990 sebenarnya lahir pada tahun ular alih-alih tahun kuda.